Penyebaran Islam di tanah jawa tidak lepas dari peran serta
walisongo. Namun perlu diketahui bahwa ternyata mereka adalah para dai yang
secara khusus ditugaskan oleh Sulthan Muhammad 1 (Mehmed Celebi) dari
Kesultanan Turki Usmani. Tim Walisongo angkatan angkatan pertama datang ke Jawa
pada tahun 1404 Masehi. Dalam catatan sejarah mereka telah sukses membangung
masyarakat dan menjadi tonggak awal berdirinya kesultanan-kesultanan islam pada
masa-masa selanjutnya.
Islam telah tersebar ke tanah Jawa jauh sebelum tim dakwah
walisongo itu diutus ke tanah Jawa. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya
makam seorang muslimah yang bernama Fatimah Binti Maimun yang berangka tahun
1082 M. Bahkan konon kabarnya yang Ratu Sima yang memerintah kerajaan Kalingga
sekitar tahun 674 M telah memeluk islam, meskipun hal ini masih perlu dikaji
kembali.
Perlu di Ingat, ketika Khalifah Harun Ar-Rasyid yaitu Sultan
kelima Kekhalifahan Abbasiyah, kota Baghdad sangat terkenal menjadi pusat perdagangan
internasional. Pada waktu itu kapal-kapal dari Jawa Timur dan Jawa Tengah sudah
banyak sampai ke Teluk Persia, sehingga tentu sudah ada juragan dan awak kapal
yang sudah memeluk islam. Hal ini dikemukan oleh Prof.Dr.Hasanu Simon dalam
bukunya “Misteri Syekh Siti Jenar, Peran Walisongo dalam Mengislamkan Tanah
Jawa.” Ketika Khalifah Harun Ar-Rasyid memerintah, kerajaan Mataram
Hindu juga sedang mencapai puncak kejayaannya. Kerajaan Hindu ini mampu bertahan
sekitar dua abad kemudian. Oleh karena itu, tidak mustahil pada waktu Mpu
Sindhok berkuasa di Medang tahun 929-949 M, telah banyak pedagang Jawa yang
sampai ke Baghdad, sehingga tidak apabila waktu itu islam telah masuk ke Jawa.
Salah satu bukti yang tidak dapat terelakan adalah makam
Fatimah binti Maimun bin Hibatullah di desa Leran yang meninggal tahun 475 H
atau 1082 M. Melihat nama orangtuanya, Fatimah binti Maimun bukan asli orang
Jawa, namun keturunan suku bangsa dari Timur Tengah yaitu Gujarat. Adanya makam
itu menunjukkan bahwa pada abad ke-11
pantai utara Jawa sudah didatangi oleh orang-orang Timur Tengah.
Meskipun islam sudah masuk ke Jawa pada abad ke-8 M, namun
karena kuatnya keyakinan masyarakat kepada agama-agama yang telah terlebih
dahulu dianut oleh masyarakat Jawa tak
tergoyahkan oleh tawaran agama baru yang dibawa oleh juru dakwah dari
Kekhalifahan Abbassyiah yang berpusat di
Baghdad itu. Hal ini dikarenakan sampai abad ke-14 agama Hindu, Budha dan
Animisme masih dianggap mampu memberikan petunjuk bagi masyarakat jawa dalam
menyelasaikan permasalahan-permasalahannya.
Akan tetapi pada akhir
abad ke-14 terjadi kemelut politik yang berkepanjangan yang menyebabkan
masyarakat mengalami kemuduran yang luar biasa. Kemiskininan merajalela,
kemorosotan budi, keamanan yang tak terkendali serta penguasa yang semakin
pongah dan selalu berebut kekuasaan. Saat itulah terjadi Perang Paregreg yaitu
pada tahun 1401-1406 M yang sangat menyengsarakan rakyat. Pada waktu itu,
dengan pemikiran jitu dan belum pernah dilakukan sebelumnya Sulthan Muhammad I
dari Kesultanan Turki mengirim tim yang mampu
yang mampu memberi obat penawar keresahan masyarakat.
Di bawah kepemimpinan Maulana Malik Ibrahim, dakwah islam
berhasil menghidupkan kebekuan penyebaran agama islam yang telah berlangsung
selama 7 abad sebelumnya. Kepiawaian Sulthan Turki didalam memilih bidang keahlian Sembilan juru dakwah tersebut
merupakan kunci keberhasilan dakwah menyuburkan perkembangan islam di Tanah
Jawa. Tim penyebar Islam dari Timur Tengah yang beranggotakan sembilan
orang itu disesuaikan dengan persepsi masyarakat yang ada sekarang dinamakan
Walisongo. Jadi istilah Walisongo bukan diberikan oleh Sulthan Muhammad I,
melainkan istilah yang berkembang di kalangan masyarakat Jawa.
Tim walisongo angkatan pertama datang ke Jawa pada tahun
1404 M yang terdiri dari Maulana Malik Ibrahim, Maulana Ishaq, Maulana Ahmad
Jumadil Qubro, Maulana Muhammad Al-Maghribi, Maulana Malik Israil, Maulana
Muhammad Ali Akbar, Maulana Hasanudin, Maulana Aliudin dan Syekh Subakir.
Kemudian diteruskan sampai pada angkatan ke-6 yaitu meliputi Sunan Kalijaga,
Sunan Muria dll. Keahlian walisongo angkatan pertama tersebut meliputi bidang
pembangunan pertanian, mengatur negara dan pemerintahan, pertahanan keamanan,
ekonomi, ketentraman serta kesehatan masyarakat. Setelah bekerja selama 15
tahun, nampaknya tim tersebut berhasil mencapai tujuan dengan baik. Hal itu
terbukti pada tulisan di atas batu nisan Maulana Malik Ibrahim yang masih dapat
dibaca sampai sekarang, sehingga merupakan bukti yang jelas dan obyektif.
“Inilah makam
al-maghfur, yang berharap rahmat Allah SWT, kebanggan para pangeran, sendi para
sulthan dan menteri, penolong para fakir dan miskin, yang berbahagia lagi
syahid, cemerlangnya simbol negara dan agama. Malik Ibrahim terkenal dengan
kakek bantal. Allah SWT meliputinya dengan rahmatNya dan keridhoanNya dan
dimasukan ke dalam surga. Telah wafat pada hari Senin 12 Rabiul Awal tahun 822
H”
Keberhasilan walisongo meningkatkan jumlah pemeluk islam di
Jawa karena program para juru dakwah itu dirancang dengan matang oleh Sulthan
Muhammad I, didukung dengan Perang Paregreg yang menyebabkan keamanan rakyat
tidak terjamin. Perkembangan itu menyebabkan pemeluk islam tidak hanya terbatas
dikalangan masyarakat bawah saja seperti 7 abad sebulumnya, tetapi sudah mulai
menembus lapisan atas di kalangan keluarga kerajaan majapahit.
Perlu diingat kembali bahwa pada abad ke-15 Kesultanan Turki
atau dikemudian hari menjadi Kekhilafahan Usmani merupakan negara adikuasa yang
meliputi daerah Eropa Timur, Asia Barat dan Afrika Utara. Oleh karena itu
kemampuan kesultanan Turki menguasai suatu wilayah dan masyarakatnya, baik
aspek ekonomi, sosial maupun keamanan, dapat diandalkan. Hal ini juga nampak
dar bidang keahlian anggota walisongo angkatan pertama yang dirancang langsung
oleh Sulthan Muhammad I dengan mengambil sumber daya manusia terpilih
(mempunyai karomah) dari berbagai bangsa yaitu : Maroko, Palestina, Iraq, Iran,
dan Turki sendiri.[]
Sumber Rujukan :
1.Abdullah, Rachmat. 2015. Walisongo Gelora Dakwah dan Jihad di Tanah Jawa. Solo: Al-Wafi
2.Asnan Wahyudi dan Abu Khalid, tanpa tahun, Kisah Walisongo, Karya Ilmi, Surabaya.
3.Simon, Hasanu. 2004 Misteri Syekh Siti Jenar, Peran Walisongo dalam Mengislamkan Tanah Jawa. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
4.Syamsuhuda. 2006. Wali Sanga Tidak Pernah Ada?. Surabaya: JP Books.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar