Jumat, 01 April 2016

KESULTANAN TURKI DI BALIK KESUKSESAN DAKWAH WALISONGO


Penyebaran Islam di tanah jawa tidak lepas dari peran serta walisongo. Namun perlu diketahui bahwa ternyata mereka adalah para dai yang secara khusus ditugaskan oleh Sulthan Muhammad 1 (Mehmed Celebi) dari Kesultanan Turki Usmani. Tim Walisongo angkatan angkatan pertama datang ke Jawa pada tahun 1404 Masehi. Dalam catatan sejarah mereka telah sukses membangung masyarakat dan menjadi tonggak awal berdirinya kesultanan-kesultanan islam pada masa-masa selanjutnya.

Islam telah tersebar ke tanah Jawa jauh sebelum tim dakwah walisongo itu diutus ke tanah Jawa. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya makam seorang muslimah yang bernama Fatimah Binti Maimun yang berangka tahun 1082 M. Bahkan konon kabarnya yang Ratu Sima yang memerintah kerajaan Kalingga sekitar tahun 674 M telah memeluk islam, meskipun hal ini masih perlu dikaji kembali.

Perlu di Ingat, ketika Khalifah Harun Ar-Rasyid yaitu Sultan kelima Kekhalifahan Abbasiyah, kota Baghdad sangat terkenal menjadi pusat perdagangan internasional. Pada waktu itu kapal-kapal dari Jawa Timur dan Jawa Tengah sudah banyak sampai ke Teluk Persia, sehingga tentu sudah ada juragan dan awak kapal yang sudah memeluk islam. Hal ini dikemukan oleh Prof.Dr.Hasanu Simon dalam bukunya “Misteri Syekh Siti Jenar, Peran Walisongo dalam Mengislamkan Tanah Jawa.” Ketika Khalifah Harun Ar-Rasyid memerintah, kerajaan Mataram Hindu juga sedang mencapai puncak kejayaannya. Kerajaan Hindu ini mampu bertahan sekitar dua abad kemudian. Oleh karena itu, tidak mustahil pada waktu Mpu Sindhok berkuasa di Medang tahun 929-949 M, telah banyak pedagang Jawa yang sampai ke Baghdad, sehingga tidak apabila waktu itu islam telah masuk ke Jawa.

Salah satu bukti yang tidak dapat terelakan adalah makam Fatimah binti Maimun bin Hibatullah di desa Leran yang meninggal tahun 475 H atau 1082 M. Melihat nama orangtuanya, Fatimah binti Maimun bukan asli orang Jawa, namun keturunan suku bangsa dari Timur Tengah yaitu Gujarat. Adanya makam itu menunjukkan bahwa  pada abad ke-11 pantai utara Jawa sudah didatangi oleh orang-orang Timur Tengah.

Meskipun islam sudah masuk ke Jawa pada abad ke-8 M, namun karena kuatnya keyakinan masyarakat kepada agama-agama yang telah terlebih dahulu dianut oleh masyarakat Jawa  tak tergoyahkan oleh tawaran agama baru yang dibawa oleh juru dakwah dari Kekhalifahan Abbassyiah  yang berpusat di Baghdad itu. Hal ini dikarenakan sampai abad ke-14 agama Hindu, Budha dan Animisme masih dianggap mampu memberikan petunjuk bagi masyarakat jawa dalam menyelasaikan permasalahan-permasalahannya.

Akan tetapi pada  akhir abad ke-14 terjadi kemelut politik yang berkepanjangan yang menyebabkan masyarakat mengalami kemuduran yang luar biasa. Kemiskininan merajalela, kemorosotan budi, keamanan yang tak terkendali serta penguasa yang semakin pongah dan selalu berebut kekuasaan. Saat itulah terjadi Perang Paregreg yaitu pada tahun 1401-1406 M yang sangat menyengsarakan rakyat. Pada waktu itu, dengan pemikiran jitu dan belum pernah dilakukan sebelumnya Sulthan Muhammad I dari Kesultanan Turki mengirim tim yang mampu  yang mampu memberi obat penawar keresahan masyarakat.

Di bawah kepemimpinan Maulana Malik Ibrahim, dakwah islam berhasil menghidupkan kebekuan penyebaran agama islam yang telah berlangsung selama 7 abad sebelumnya. Kepiawaian Sulthan Turki didalam memilih  bidang keahlian Sembilan juru dakwah tersebut merupakan kunci keberhasilan dakwah menyuburkan perkembangan islam di Tanah Jawa. Tim penyebar Islam dari Timur Tengah yang beranggotakan sembilan orang itu disesuaikan dengan persepsi masyarakat yang ada sekarang dinamakan Walisongo. Jadi istilah Walisongo bukan diberikan oleh Sulthan Muhammad I, melainkan istilah yang berkembang di kalangan masyarakat Jawa.

Tim walisongo angkatan pertama datang ke Jawa pada tahun 1404 M yang terdiri dari Maulana Malik Ibrahim, Maulana Ishaq, Maulana Ahmad Jumadil Qubro, Maulana Muhammad Al-Maghribi, Maulana Malik Israil, Maulana Muhammad Ali Akbar, Maulana Hasanudin, Maulana Aliudin dan Syekh Subakir. Kemudian diteruskan sampai pada angkatan ke-6 yaitu meliputi Sunan Kalijaga, Sunan Muria dll. Keahlian walisongo angkatan pertama tersebut meliputi bidang pembangunan pertanian, mengatur negara dan pemerintahan, pertahanan keamanan, ekonomi, ketentraman serta kesehatan masyarakat. Setelah bekerja selama 15 tahun, nampaknya tim tersebut berhasil mencapai tujuan dengan baik. Hal itu terbukti pada tulisan di atas batu nisan Maulana Malik Ibrahim yang masih dapat dibaca sampai sekarang, sehingga merupakan bukti yang jelas dan obyektif.

“Inilah makam al-maghfur, yang berharap rahmat Allah SWT, kebanggan para pangeran, sendi para sulthan dan menteri, penolong para fakir dan miskin, yang berbahagia lagi syahid, cemerlangnya simbol negara dan agama. Malik Ibrahim terkenal dengan kakek bantal. Allah SWT meliputinya dengan rahmatNya dan keridhoanNya dan dimasukan ke dalam surga. Telah wafat pada hari Senin 12 Rabiul Awal tahun 822 H”

Keberhasilan walisongo meningkatkan jumlah pemeluk islam di Jawa karena program para juru dakwah itu dirancang dengan matang oleh Sulthan Muhammad I, didukung dengan Perang Paregreg yang menyebabkan keamanan rakyat tidak terjamin. Perkembangan itu menyebabkan pemeluk islam tidak hanya terbatas dikalangan masyarakat bawah saja seperti 7 abad sebulumnya, tetapi sudah mulai menembus lapisan atas di kalangan keluarga kerajaan majapahit. 

Perlu diingat kembali bahwa pada abad ke-15 Kesultanan Turki atau dikemudian hari menjadi Kekhilafahan Usmani merupakan negara adikuasa yang meliputi daerah Eropa Timur, Asia Barat dan Afrika Utara. Oleh karena itu kemampuan kesultanan Turki menguasai suatu wilayah dan masyarakatnya, baik aspek ekonomi, sosial maupun keamanan, dapat diandalkan. Hal ini juga nampak dar bidang keahlian anggota walisongo angkatan pertama yang dirancang langsung oleh Sulthan Muhammad I dengan mengambil sumber daya manusia terpilih (mempunyai karomah) dari berbagai bangsa yaitu : Maroko, Palestina, Iraq, Iran, dan Turki sendiri.[]

Sumber Rujukan :
1.Abdullah, Rachmat. 2015. Walisongo Gelora Dakwah dan Jihad di Tanah Jawa. Solo: Al-Wafi
2.Asnan Wahyudi dan Abu Khalid, tanpa tahun, Kisah Walisongo, Karya Ilmi, Surabaya.
3.Simon, Hasanu. 2004 Misteri Syekh Siti Jenar, Peran Walisongo dalam Mengislamkan Tanah Jawa. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
4.Syamsuhuda. 2006. Wali Sanga Tidak Pernah Ada?. Surabaya: JP Books.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar